Penulis: Muhammad Dwi Perbatasari
Editor: Cerry Surya Pradana
PENGANTAR
Tanda Masjid Pathok Negoro Dongkelan
Sumber Dokumentasi : Muhammad Dwi Perbatasari
Masjid Pathok Negoro ini merupakan salah satu bagian dari Kasultanan Yogyakarta yang patut diapresiasi. Dalam istilah Jawa, pathok adalah kayu atau bambu yang ditancapkan sebagai penanda. Adapun negari / negara / negoro adalah wilayah kerajaan. Jadi, Masjid Pathok Negoro merupakan sebuah tanda batas kekuasaan raja.
Kelima masjid Pathok Negoro tersebut tersebar di lima titik yang menjadi batas wilayah Kasultanan Yogyakarta. Kelimanya dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel Lokasi Masjid Pathok Negoro di Yogyakarta
Arah Mata Angin | Nama Masjid Pathok Negoro | Wilayah Administrasi |
Barat | Masjid An-Nur Mlangi | Kecamatan Gamping, Sleman |
Utara | Masjid Sulthoni Plosokuning | Kecamatan Ngaglik, Sleman |
Timur | Masjid Ad-Darojat Babadan | Kecamatan Banguntapan, Bantul |
Selatan | Masjid Nurul Huda Dongkelan | Kecamatan Kasihan, Bantul |
Tenggara | Masjid Wonokromo | Kecamatan Pleret, Bantul |
SEJARAH
Masjid Pathok Negoro Dongkelan. Masjid ini didirikan pada tahun 1775 Masehi, bersamaan dengan dibangunnya serambi Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta. Bangunan masjid berada di atas lahan seluas 1.000 meter2. Sementara fisik bangunannya hanya menggunakan lahan seluas 100 meter persegi. Bangunannya terbagi atas dua, yakni bagian utama dan serambi bangunan. Bangunan utamanya seluas 10 x 10 meter. Sementara serambinya seluas 7 x 14 meter.
Masjid Pathok Negoro Dongkelan Tampak Depan
Sumber Dokumentasi : Muhammad Dwi Perbatasari
Pendirian masjid ini merupakan penghormatan terhadap Kyai Sayihabuddin atau Syeh Abuddin atas jasa-jasanya terhadap Sultan Hamengkubuwono I ketika berkonflik dengan Raden Mas Said atau Sri Mangkunegara yang berjuluk Pangeran Sambernyawa.
Bagian Dalam Masjid Pathok Negoro Dongkelan
Sumber Dokumentasi : Muhammad Dwi Perbatasari
Pada awalnya, bentuk dan tatanan Masjid Pathok Negoro Dongkelan menyerupai Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta. Bahkan bagian-bagian masjid pun seperti kolam keliling, atap, makam di samping masjid, sama seperti tatanan dalam Masjid Gedhe Kauman. Namun saat ini telah terjadi banyak perubahan, seperti sudah tidak adanya kolam keliling, diganti dengan bangunan sekolah dasar.
Di sebelah barat masjid pathok negoro dongkelan terdapat makam para leluhur dari masjid ini, salah satu tokoh yang dimakamkan di makam di makam ini adalah KH. Munawwir Abdul Fatah yaitu salah salah seorang pendiri Pondok Pesantern al-Munawwir di Krapyak.
Gapura Makam di Barat Masjid (Bawah) dan Penampakan Area Arah Menuju Makam (Atas)
Sumber Dokumentasi : Muhammad Dwi Perbatasari
Salah satu fungsi Masjid Pathok Negoro adalah sebagai benteng pertahanan. Masjid ini juga berfungsi sebagai pemberi tanda jika ada serangan dari musuh. Masjid ini dibakar oleh pihak Belanda pada masa perang Pangeran Diponegoro yang terjadi pada tahun 1825, hingga hanya menyisakan batu penyangga tiang masjid (umpak). Masjid tersebut dibangun kembali dengan sangat sederhana. Atap masjid hanya terbuat dari ijuk dengan mustaka (hiasan di puncak atap masjid) dari tanah liat. Pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono VII, masjid ini dibangun kembali, yaitu pada tahun 1901. Bentuk bangunan masjid dibuat seperti semula. Kemudian pada tahun 1948 dilakukan pembangunan serambi masjid. Selanjutnya di tahun-tahun berikutnya, Masjid Pathok Negoro Dongkelan mengalami 4 kali renovasi.
Prasasti Rehabilitasi Bangun Masjid Pathok Negoro Dongkelan
Sumber Dokumentasi : Muhammad Dwi Perbatasari
KEUNIKAN
Keunikan dari Masjid Pathok Negoro Dongkelan yaitu adalah dari segi arsitekturnya yang juga mirip dengan Masjid Pathok Negoro lainnya. Yang pertama yaitu dari atapnya tumpang / atap bertingkat. Atap tumpang ini melambangkan yakni roh atau hakikatnya amal perbuatan seseorang. Empat kolom utama berukuran besar yang berada di tengah ruangan adalah soko guru yang merupakan ciri khas bangunan berbentuk joglo pada rumah tradisional Jawa yang berfungsi untuk menopang atap. Tumpangsari merupakan konsekuensi dari wujud atap tumpang yang ditopang oleh soko guru, di mana di dalamnya menjadi penting karena bagian atap pada area ini merupakan bagian yang menjulang sebagai perlambangan ke-Tuhanan.
Kemudian ada undakan pada setiap Masjid Pathok Negoro, yang mana undak-undak ini memiliki arti yaitu tahapan proses mencapai pengampunan Allah. Selain itu, undakan ini merupakan interpretasi dari konsep ruang yang menganggap ruang yang lebih tinggi adalah ruang yang lebih sakral bagi orang Jawa.
PEMANFAATAN MASA KINI
Untuk saat ini Masjid Pathok Negoro Dongkelan tidak hanya untuk tempat beribadah bagi umat Islam akan tetapi juga sudah banyak memiliki fungsi lain yaitu sebagai tempat untuk acara pernikahan, rapat RT / RW sekitar, pengajian, bahkan juga dibuka untuk kegiatan wisata religi di area masjid dan makam.
Bersama Bapak Bustami, Pengurus Masjid Pathok Negoro Dongkelan
Sumber Dokumentasi : Muhammad Dwi Perbatasari
BIAYA MASUK
Tidak ada biaya masuk atau semacam tiket alias, termasuk tidak adanya biaya parkir hingga saat ini. Bahkan kegiatan wisata religi yang diselenggarakan di tempat ini juga tidak dipungut biaya.
DENAH LOKASI
DAFTAR LITERATUR:
Aulia, Rizki. 2013. Makna Simbolik Arsitektur Masjid Pathok Negoro Sulthoni Plosokuning Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Abror, Indal. (2016). “Aktualisasi Nilai-Nilai Budaya Masjid Pathok Negoro”, Jurnal Esensia, Vol.17, No.1.
Bangkitmedia.com. (2019). Masjid Pathok Negoro Batas Wilayah Kesultanan Islam Yogyakarta, diakses dari https://bangkitmedia.com/masjid-pathok-negoro-batas-wilayah-kesultanan-islam-yogyakarta/, pada 5 Desember 2019.
Gunawan. Hendra. (2010). Masjid Pathok Negoro Nurul Huda Dongkelan, diakses di https://bujangmasjid.blogspot.com/2010/09/masjid-pathok-negoro-nurul-huda.html, pada 5 Desember 2019.
Immanuel. (2017). 5 Masjid Pathok Negoro Yogyakarta Ini Sudah Tahukah Kamu?, diakses di https://www.tuguwisata.com/masjid-pathok-negoro-yogyakarta/, pada 5 Desember 2019.
DAFTAR NARASUMBER:
Bapak Bustami, Pengurus Masjid Pathok Negoro Dongkelan