Masjid Pathok Negoro Mlangi

Penulis: Burhanuddin Rachmat Chandra
Editor: Cerry Surya Pradana

LATAR BELAKANG DAN SEJARAH
     Masjid Pathok Negoro secara umum tidak hanya digunakan sebagai tempat beribadah dan penyebaran Agama Islam, akan tetapi masjid-masjid tersebut juga berfungsi sebagai tiang negara, keamanan, dan batas wilayah, serta sebagai pertahanan rakyat. Masjid Pathok Negoro Mlangi merupakan Masjid Pathok Negoro yang pertama kali didirikan dari Masjid Pathok Negoro yang lain. Masjid ini didirikan pada tahun 1755 M sebagai masjid yang berada di bawah naungan Kesultanan Keraton Yogyakarta. Nama Mlangi dapat berarti ‘mulangi’ yang berarti mengajar (mulang: mengajar). Nama tersebut diambil karena cita-cita Kyai Nur Iman untuk mengembangkan ajaran Islam sejak masih muda. Dalam sejarahnya, Kyai Nur Iman sama sekali tidak menginginkan tahta sebagai raja di Keraton Yogyakarta. Keteguhan hatinya untuk tetap mengabdi kepada agama, membuatnya memilih untuk mengabdikan dirinya di luar keraton.

Masjid Pathok Negoro Mlangi                           Sumber Dokumentasi: Burhanuddin Rachmat ChandraMasjid Pathok Negoro Mlangi
Sumber Dokumentasi: Burhanuddin Rachmat Chandra

     Pada tahun 1985 masyarakat Mlangi merenovasi Masjid Pathok Negoro Mlangi menjadi bangunan masjid yang berarsitektur modern. Renovasi tersebut telah menghilangkan ciri khas yang terdapat pada arsitektur Masjid Pathok Negoro. Ditetapkannya UU No 11 Tahun 2010 membawa Sultan Hamengku Buwono X untuk kembali menginstruksikan para pengurus masjid guna mengembalikan bangunan masjid ke bentuk asalnya (Hasil wawancara dengan M Aban Ichwan, takmir Masjid Pathok Negoro Mlangi dan andil dalam renovasi tahun 2012 di kediamannya pada tanggal 16 November 2016). Instruksi Sultan telah menuai pro dan kontra dalam masyarakat Mlangi, sehingga renovasi baru bisa dilaksanakan pada tahun 2012.

     Renovasi pada tahun 2012 dimulai dengan pemugaran atap utama masjid dengan pilar-pilar beton yang menopang atap. Dinding yang mengitari ruang utama masjid tetap dipertahankan. Kemudian melakukan pemilihan konstruksi-konstruksi bangunan masjid seperti tiang, kayu dan genteng. Dalam pemilihan konstruksi-konstruksi tersebut, dilakukan dengan kesepakatan antara pihak keraton dengan pengurus masjid (Hasil wawancara dengan GBPH Yudhaningrat dan M. Aban Ichwan). Setelah memilih konstruksi bangunan yang dibutuhkan sesuai kesepakatan bersama, renovasi masjid mulai dilakukan. Renovasi Masjid Pathok Negoro Mlangi pada tahun 2012 dilakukan dengan tiga tahap, yaitu tahap satu bagian utama masjid, tahap kedua bagian serambi masjid, dan tahap ketiga bagian luar masjid.

Suasana di dalam Masjid
Sumber Dokumentasi: Burhanuddin Rachmat Chandra

     Tahap pertama dimulai pada bulan Juni tahun 2012, atap masjid yang semula ditinggikan kemudian diturunkan. Penyangga atap yang terbuat dari beton semua dihancurkan. Hanya dinding yang mengitari ruang utama masjid yang masih dipertahankan. Konstruksi dinding yang dipertahankan hanya batu bata, sedangkan lapisan semen yang melapisi batu bata dihancurkan dan diganti dengan adonan semen yang baru. Selain itu, jendeladan pintu yang terdapat pada ruang utama masjid diganti dengan kayu. Sebelum empat saka guru didirikan, terlebih dahulu atap serambi masjid dihancurkan. Hal itu dilakukan untuk mempermudah pemasangan atap utama masjid. Setelah dinding selesai diperbaiki, pada bulan Oktober 2012 empat saka guru utama yang terdapat diruang utama masjid mulai didirikan. Setelah ruang utama masjid terselesaikan, dilanjutkan pada tahap kedua yaitu bagian serambi masjid. Pada tahap kedua, terlebih dahulu renovasi dilakukan dengan merobohkan seluruh konstruksi serambi masjid. Tahap ketiga renovasi pada halaman masjid, yang terdiri dari kolam dan bangsal.

Berfoto dengan H Aban Ichwan di Kediaman Beliau
Sumber Dokumentasi: Burhanuddin Rachmat Chandra

     Setelah mengembalikan kolam yang terdapat di sekeliling masjid, dibangunlah bangsal di bagian depan masjid. Bangsal dibangun di sisi kanan dan kiri halaman masjid. Bangsal ini dibangun layaknya bangunan pendopo pada umumnya, hanya saja bangsal tersebut tidak dikelilingi oleh dinding melainkan dikelilingi dengan pagar kayu yang tingginya hampir mencapai satu meter.

     Lingkungan sekitar Masjid Pathok Negoro Mlangi, yaitu padukuhan Mlangi, merupakan lingkungan di mana semua penduduknya memeluk Agama Islam. Pada tahun 1960-an hingga 1980-an, di Mlangi ada peraturan dalam pernikahan, yaitu harus menikah dengan saudara jauh yang berdomisili di Mlangi (Hasil wawancara dengan Pak H Aban Ichwan pada tanggal 5 Desember 2019). Hal ini agar masyarakat Mlangi semuanya rata beragama Islam. Di sekitar masjid juga terdapat banyak Pondok Pesantren, bahkan setiap padukuhan memiliki lebih dari satu pondok pesantren. Walaupun begitu, kedamaian tetap terjaga di Mlangi. Setiap setelah maghrib, semua masyarakat Mlangi masuk ke dalam rumah (tidak keluar) hingga tiba waktu Isya’. Tradisi setelah Maghrib ini masih bertahan hingga kini.

KEUNIKAN

Gapura NU
Sumber Dokumentasi: Burhanuddin Rachmat Chandra

     Masjid Pathok Negoro Mlangi adalah masjid yang bangunannya sedikit turun ke bawah. Di depan masjid ini terdapat gapura berwarna hijau yang bertuliskan NU. Gapura ini menandakan bahwa Masjid Pathok Negoro Mlangi adalah masjid yang jamaahnya berlandaskan ajaran Islam yang disebarkan oleh Nahdhatul Ulama. Setelah masuk gapura, terdapat jalan cor menuju ke masjid. Tepat di sebelah barat jalanan cor tersebut, terdapat makam. Di mana peletakan makam di bagian samping atau belakang masjid, merupakan hal yang wajar ada pada masjid-masjid di Jawa dan Madura. Keunikan lain yang dimiliki oleh masjid ini, sama seperti keunikan yang dimiliki oleh Masjid Pathok Negoro lainnya. Keunikan tersebut adalah adanya empat buah saka guru (tiang utama) yang terbuat dari kayu pada bagian utama masjid, terdapat parit keliling (jagang), dan bangunan masjid beratap tumpang.

Suasana di Dekat Gapura NU
Sumber Dokumentasi: Burhanuddin Rachmat Chandra

PEMANFAATAN MASA KINI
     Pada saat ini, Masjid Pathok Negoro Mlangi selain digunakan untuk sholat juga digunakan sebagai tempat wisata ziarah dan pengajian. Pengunjung wisata ziarah masjid ini adalah masyarakat biasa dan santri-santri dari pesantren. Menurut keterangan takmir masjid, pengunjung terbanyak biasanya datang pada hari minggu dan total pengunjung kurang lebih 10 bus perharinya.

Penampakan Serambi Masjid Pathok Negoro Mlangi
Sumber Dokumentasi: Burhanuddin Rachmat Chandra

TIKET MASUK
     Untuk masuk ke masjid ini tidak dibutuhkan biaya, tetapi disediakan kotak amal tepat setelah gapura NU sehingga untuk tiket masuk masjid ini seikhlasnya. Untuk ziarah, tidak diperlukan biaya untuk pemandunya, tetapi jika ingin ziarah dan di pandu harus ada janji sebelumnya dengan takmir masjid.

DENAH LOKASI

REFERENSI

Azizah, Umi. 2017. Masjid Pathok Negoro Mlangi: Respon Masyarakat Mlangi Terhadap Renovasi Masjid Tahun 2012 M Yogyakarta: JUSPI.

Hatmoko, Widi. 2017. Jalan-jalan Religi ke Empat Masjid Pathok Negoro di Yogyakarta.    Diakses dari https://merahputih.com/post/read/jalan-jalan-religi-ke-empat-masjid-  pathok-negoro-di-yogyakarta pada tanggal 5 Desember 2019

Rahmawati, Indri. 2014. Arsitektur Masjid Pathok Negoro Ditinjau Dari Fungsi, Bentuk,      Ruang dan Teknik. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Umaiyah, Siti. 2018. Masjid Mlangi, Tempat ‘Mulangi’ Ajaran Islam di Yogyakarta, diakses            dari https://jogja.tribunnews.com/2018/05/28/masjid-mlangi-tempat-mulangi-ajaran-      islam-di-yogyakarta, pada 5 Desember 2019.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.