Situs Warungboto Sebagai Harapan Mengais Rejeki Warga Sekitar

Penulis: Safira Ramadhanti
Editor: Cerry Surya Pradana

     Pada tahun 2017, warga Indonesia turut berbahagia dengan berita pernikahan putri Presiden yaitu Kahiyang Ayu dengan Bobby Nasution. Di balik pernikahannya tersebut, ternyata ada foto pre-wedding yang memikat hati banyak masyarakat Indonesia. Foto pre-wedding keduanya bernuansa tradisional dan mengambil lokasi di beberapa daerah Indonesia tentunya. Salah satu lokasinya adalah Situs Pesanggrahan Rejowinangun atau dikenal juga dengan nama Situs Warungboto Yogyakarta. Setelah tersebarnya foto pre-wedding Kahiyang dan Bobby yang berlokasi di Situs Warungboto tersebut, banyak orang menjadi penasaran dan mulai mejadikan Situs Warungboto sebagai salah satu tempat yang harus dikunjungi ketika berada di Yogyakarta.

Foto Pre-wedding Kahiyang dan Bobby di Situs Warungboto (sumber:instagram.com/ayanggkahiyang)

      Pesanggrahan Rejawinangun secara administratif terletak di perbatasan antara Kelurahan Rejawinangun, Kecamatan Kotagede dan Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharja, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara astronomis, Pesanggrahan Rejawainangun berada pada koordinat 7º 48’ 2” LS dan 110º 23’ 4” BT. Berdasarkan hasil identifikasi gugusan bangunan Pesanggrahan Rejawinangun terbuat dari batu bata tanpa struktur kayu, seperti halnya bangunan Pesanggrahan Tamansari yang berdinding tebal. Kompleks pesanggrahan ini terdiri atas pagar keliling dan bangunan pesanggrahan. Pada saat masih dimanfaatkan sebagai pesanggrahan milik sultan, Pesanggrahan Rejawinangun didirikan pada sisi barat dan sisi timur Sungai Gajah Wong dengan memanfaatkan undakan-undakan sungainya. Antara kompleks bangunan sisi timur dengan sisi barat sungai memiliki sumbu imajiner yang membujur dari timur ke barat.

Papan pemberitahun terkait proyek di Situs Warungboto (Sumber:Dokumentasi Safira Ramadhanti)

     Keberadaan pesanggrahan-pesanggrahan yang ada di Yogyakarta tidak dapat dipisahkan dari sejarah berdirinya Keraton Yogyakarta. Adanya perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755 M, membuat wilayah Kerajaan Mataram Islam terbagi menjadi dua, yaitu Kasunanan Surakarta yang dipimpin oleh Sunan Paku Buwana III dan Kasultanan Yogyakarta yang dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwana Senapati-ing-Alaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang Kaping I, atau llebih dikenal dengan nama Sri Sultan Hamengkubuwono I. Sultan Hamengkubuwana I kemudian membangun keraton dengan berbagai sarana dan prasarana untuk mendukung keberlangsungan eksistensi kerajaan, di antaranya dengan membangun, pesanggrahan (tempat pesiar atau beristirahat), benteng keliling di dalam (cepuri) maupun di luar keraton (baluwarti), parit (jagang), dan beberapa pemukiman abdi dalem.

     Berdasarkan sumber di antaranya Tidjschriff voor Nederlandsch Indie tulisan J.F. Walrofen van Nes tahun 1884, Babad Momana, serta Serat Rerenggan, dijelaskan bahwa Pesanggrahan Rejawinangun mulai dibangun pada tahun 1711 Jw (1785 M) yang merupakan karya putra mahkota yaitu KGPAA Hamengkunegara, yang kelak pada tahun 1792 naik tahta bergelar Sri Sultan Hamengku Buwana II. Di dalam babad Momana disebut angka tahun pembuatan pesanggrahan, 1711 tahun Dal, Kanjeng Gusti awit yasa ing Rejawinangun.

Situs Warungboto tampak dari belakang (Sumber: Safira Ramadhanti)

     Di dalam pesanggrahan Rejawinangun terdapat sumber air yang kemudian dibuat menjjadi tempat peristirahatan, yang sekaligus sebagai tempat pemandian bagi raja dan keluarganya. Sebagai tempat peristirahatan, pesanggrahan ini juga pernah dikunjungi dan “diinspeksi” seorang pejabat Belanda yaitu Jan Greeve pada 5-15 Agustus 1788 M. Inspeksi dan kunjungan terhadap sarana dan prasarana yang dapat difungsikan sebagai pertahanan tersebut dilakukan bersamaan dengan kunjungan dan “inspeksi” pada Baluwarti Keraton Yogyakarta.

Salah satu spot foto di Situs Warungboto (Sumber: Dokumentasi Safira Ramadhanti)

     Kompleks bangunan pesanggrahan di sisi barat Sungai Gajah Wong saat ini masih meninggalkan bukti fisik yang cukup banyak. Bangunan yang terletak di sisi barat sungai, secara administratif berada di Kelurahan Warungboto. Pesanggrahan Rejawinangun di sisi barat Sungai Gajah Wong ini terdiri atas bangunan inti yang berada di dalam pagar keliling serta terdapat ruang utama yang merupakan pusat kesakralan. Bangunan tersebut diindikasikan sebagai bangunan pengimama. Selain itu terdapat dua buah kolam yang berbentuk bundar dan segi empat. Kedua kolam tersebut berdinding bata dengan perekat dan lepa.

     Kolam pertama terletak di bagian barat berbentuk bulat, dengan sumber air di bagian tengahnya. Kolam kedua berada di sebelah timur kolam pertama, Sumber airnya berasal dari kolam pertama yang dialirkan melalui sebuah saluran terbuka yang menghubungkan kolam pertama dan kedua. Kedua kolam tersebut dikelilingi bangunan bertingkat dengan sejumlah ruangan berjendela berbentuk pesergi panjang. Selain itu, juga terdapat bangunan sayap utara dan selatan yang dirancang secara simetris yang terdiri dari beberapa kamar dan juga terdapat bangunan pendapa.

Situs Warungboto tampak samping (Sumber: Dokumentasi Safira Ramadhanti)

     Kompleks Pesanggrahan Rejawinangun yang ada di sisi timur Sungai Gajah Wong ini, permukaan tanahnya lebih rendah dibandingkan dengan ukuran panjang 6 m, tinggi 3 m, dan tebal 60 cm. Pada salah satu sudut kolam terdapat sisa pot bunga berukuran besar dan terbuat dari bata. Di bagian utara dan selatan bangunan masing-masing terdapat patung Manuk Beri. Hingga saat ini belum diketahui dengan pasti mengenai pemanfaatan kompleks bangunan di sisi timur sungai, akan tetapi hingga tahun 1936 masih terlihat jelas jika kompleks bangunan sisi timur sungai terbagi menjadi tiga kompleks yang membujur utara-selatan dengan pagar keliling serta dihubungkan oleh jalan berpagar selebar kurang lebih 30 meter.

Kesibukan pekerja untuk menyempurnakan Situs Warungboto (Sumber:Dokumentasi Safira Ramadhanti)

     Gempa tektonik yang mengguncang Yogyakarta pada 27 Mei 2006 semakin memperparah kerusakan dari sisa-sisa bangunan Pesanggrahan Rejawinangun yang masih ada. Namun sebagian sisa-sisa bangunan tersebut seperti bangunan pendapa, kolam bundar dan masjid secara parsial masih bisa dilestarikan. Oleh karena itu pada tahun 2009 dilakukan pemugaran bagian pendapanya. Pada tahun 2015 dilakukan pemugaran, bertujuan untuk menyelamatkan Pesanggrahan Warungboto dengan sasaran pada bagian depan yang terdapat bangunan pengimaman yang kondisinya sangat memprihatinkan. Pada tahun 2016 dilakukan kegiatan lanjutan yakni melakukan rehabilitasi bangunan tengah yang terdapat kolam (umbul), bangunan sayap sisi selatan, bangunan bertingkat sisi selatan dan pagar.

Situs Warungboto sebelum Dipugar (Sumber:Dokumentasi Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY)

     Saat ini Situs Warungboto menjadi salah satu destinasi wisata, terutama bagi mereka yang suka akan konten foto ‘yang instagramable. Untuk memasuki Situs Warungboto tidak dipungut biaya tiket masuk alias gratis, cukup membayar biaya parkir. Menurut Bapak Sadi (52) seorang juru parkir di Situs Warungboto, SItus Warungboto belum dikelola oleh pemerintah, sehingga belum diterapkan biaya untuk tiket masuk. Biaya parkir yang dibayarkan pengunjung Situs Warungboto dikelola oleh warga sekitar, tertama pemuda.

     Situs Warungboto menjadi harapan bagi warga sekitar karena merupakan peluang untuk mengais rejeki, walaupun saat ini hanya dapat memberikan pemasukan melalui biaya parkir. Akan tetapi jika Situs Warungboto sudah selesai dipugar (target selesai pemugaran pada Desember 2019), maka harapannya warga dapat memperoleh manfaat yang lebih besar lagi.

   Situs Warungboto terletak di Jl. Veteran No.77, Warungboto, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Tunggu apa lagi? sempatkan diri Anda untuk berkunjung ke Situs Warungboto jika berlibur di Yogyakarta!

Daftar Pustaka:

Enggar, Rani. (2017). Mengenal Situs Warungboto, Pemandian Ratu Keraton Yogyakarta yang Terlupaka ,diakses pada 30 November 2019, dari https://www.idntimes.com/travel/destination/rani-enggar/situs-warungboto-pesona-lain-sejarah-keraton-yogyakarta-yang-sempat-terlupakan-c1c2/full.

Fitria, Hanin. (2018). Sejarah Berdirinya Situs Warungboto, Destinasi Sarat Sejarah di Kota Yogyakarta, diakses pada 30 November 2019, dari https://jogja.tribunnews.com/2018/11/07/sejarah-berdirinya-situs-warungboto-destinasi-wisata-sarat-sejarah-di-kota-yogyakarta.

Mim. (2016). Megahnya Situs Warungboto yang Dahulu Jadi Lokasi Peristirahatan Keluarga Kerajaan. Diakses pada 30 November 2019, dari https://jogja.tribunnews.com/2016/08/31/megahnya-situs-warungboto-yang-dahulu-jadi-lokasi-peristirahatan-keluarga-kerajaan.

Papan informasi di Situs Warungboto oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta.

Daftar Narasumber:

Bapak Said (52 tahun), Juru Parkir Situs Warungboto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.